Dua mahasiswa dari Barnard College, yang merupakan bagian dari Columbia University, telah dikeluarkan pada hari Jumat lalu setelah mengganggu sebuah kelas sebagai bentuk protes politik. Kejadian ini terjadi pada 21 Januari, pada hari pertama semester musim semi, ketika mereka bersama dua mahasiswa lainnya memasuki kelas "sejarah Israel modern" untuk memberikan pandangan alternatif yang mereka anggap terabaikan, terutama terkait pertanyaan tentang penentuan nasib sendiri Palestina dan situasi di Gaza.
Mahasiswa tersebut membagikan selebaran yang menurut presiden sementara Barnard, Katrina Armstrong, mengandung "gambar kekerasan yang tidak dapat diterima di kampus kami." Tindakan ini memicu reaksi cepat dari pihak universitas. Tiga hari setelah kejadian, dua dari mahasiswa tersebut menghadapi skorsing sementara dan dilarang memasuki semua fasilitas kampus, termasuk asrama, perpustakaan, layanan kesehatan, dan kantin. Menurut Kelompok Kerja Pembelaan Columbia University Apartheid Divest (Cuad), semua ini terjadi tanpa adanya penyelidikan atau sidang.
Pada hari Jumat, mereka secara resmi dikeluarkan dari universitas, kurang dari sebulan setelah skorsing mereka. Barnard College, yang merupakan perguruan tinggi untuk wanita, berbagi sumber daya akademik dan ekstrakurikuler dengan Columbia University. Menurut Cuad, pemecatan ini merupakan pemecatan terkait politik pertama di Columbia dalam 57 tahun terakhir dan yang pertama secara resmi terkait perang di Gaza.
Cuad mengkritik proses peninjauan baru yang mengarah pada pemecatan ini, yang diawasi oleh kantor sukses mahasiswa dan intervensi Barnard. Sampai saat ini, Barnard dilaporkan telah menangguhkan lebih dari 50 mahasiswa dan "mengusir" 46 mahasiswa sarjana lainnya karena protes politik. Kejadian ini menyoroti ketegangan yang ada di kampus-kampus terkait dengan isu-isu politik yang sensitif, terutama yang berkaitan dengan konflik di wilayah Gaza.