Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal medis terkemuka, The Lancet, mengungkapkan bahwa jumlah kematian di Gaza selama sembilan bulan pertama perang mungkin lebih tinggi 41 persen dari yang dilaporkan oleh kementerian kesehatan Gaza.
Menurut studi tersebut, estimasi menunjukkan bahwa 64.260 orang meninggal akibat cedera traumatis antara 7 Oktober 2023 dan 30 Juni 2024. Wanita, anak-anak, dan orang tua menyumbang 59,1% dari total kematian tersebut.
Studi ini dilakukan oleh peneliti dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, Yale University, dan berbagai institusi lainnya. Mereka menggunakan metode statistik yang disebut analisis tangkap-rekap untuk menghitung jumlah kematian. Data yang digunakan berasal dari kementerian kesehatan Gaza, survei online, dan obituari di media sosial.
Peneliti hanya menghitung kematian akibat cedera traumatis dan tidak termasuk kematian yang disebabkan oleh kurangnya perawatan kesehatan atau makanan, dan juga ribuan orang yang hilang dan diduga tertimbun reruntuhan.
Dalam studi tersebut, dinyatakan, "Temuan kami menunjukkan tingkat kematian yang sangat tinggi di Jalur Gaza selama periode yang diteliti. Hasil ini menekankan perlunya intervensi yang mendesak untuk mencegah kehilangan nyawa lebih lanjut." Selain itu, studi ini menekankan bahwa estimasi kematian yang akurat membantu mengukur dan mengenang dampak perang.
Angka kematian di Gaza telah menjadi perdebatan sengit sejak Israel meluncurkan perang sebagai respons terhadap serangan teroris Hamas pada 7 Oktober 2023. Israel telah berulang kali meragukan kredibilitas angka yang diberikan oleh kementerian kesehatan Gaza, yang dianggap dapat diandalkan oleh PBB.