Sejumlah mahasiswa di London School of Economics (LSE) menggelar protes pada 7 Juli 2024 untuk menarik perhatian terhadap investasi universitas di Israel. Namun, dalam komunikasi antara staf senior universitas, mereka disebut "berpakaian seperti teroris".
Protes tersebut berlangsung saat acara pendaftaran untuk program musim panas di kampus LSE yang terletak di pusat London. Dalam salah satu email yang dikirim pada hari yang sama, Elizabeth Aitken, kepala program musim panas LSE, menyatakan bahwa "staf dan mahasiswa mengira itu adalah serangan teroris karena para pengunjuk rasa mengenakan masker wajah penuh dan membawa tas ransel".
Staf lainnya, termasuk presiden LSE, Larry Kramer, menunjukkan simpati terhadap pernyataan Aitken tanpa mempertanyakan ingatannya mengenai peristiwa tersebut. Mereka kemudian merekomendasikan kemungkinan pengusiran dan melibatkan polisi untuk menghentikan aksi mahasiswa yang dianggap mengganggu acara-acara di masa depan.
Dalam email lanjutan, Aitken menyarankan bahwa "mungkin ada kemungkinan untuk mengidentifikasi para 'pengunjuk rasa' ini, sementara mereka berpakaian seperti teroris dengan balaclava".
Namun, rekaman kejadian yang dianalisis oleh Middle East Eye menunjukkan bahwa beberapa pengunjuk rasa menutupi wajah mereka dengan keffiyeh Palestina, dan hanya segelintir yang membawa tas punggung dan tas jinjing. Beberapa pengunjuk rasa terlihat mengenakan masker medis, balaclava, dan kacamata hitam untuk menyembunyikan identitas mereka.
Setelah protes pada bulan Juli, tujuh mahasiswa yang terlibat dalam demonstrasi tersebut dijatuhi sanksi suspension oleh universitas dan dikenakan tindakan disipliner. Mereka yang dijuluki "LSE 7" oleh para pendukungnya, tidak diizinkan mengakses kampus, termasuk layanan kesehatan medis dan mental.
Kasus ini menjadi sorotan berbagai pihak, terutama terkait kebebasan berekspresi dan hak mahasiswa untuk menyampaikan pendapat.