Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, mengungkapkan bahwa sanksi yang dikenakan oleh Uni Eropa terhadap Suriah, yang selama ini menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan dan pemulihan ekonomi, bisa dicabut dengan cepat. Pernyataan ini disampaikan pada hari Rabu setelah pertemuan antara diplomat tinggi Prancis dan Jerman dengan pemimpin de facto di Damaskus, Suriah.
Pertemuan tersebut merupakan bagian dari upaya Jerman untuk mendorong pengurangan sanksi setelah penggulingan Presiden Bashar Assad. Menurut laporan dari Financial Times, Berlin telah menyebarkan dua dokumen di antara negara-negara Uni Eropa yang berisi saran tentang area mana saja sanksi tersebut bisa dilonggarkan.
Pada hari Senin, Amerika Serikat juga mengeluarkan pengecualian sanksi untuk transaksi dengan lembaga pemerintahan di Suriah selama enam bulan setelah berakhirnya masa pemerintahan Bashar al-Assad. Langkah ini bertujuan untuk mempermudah aliran bantuan kemanusiaan ke negara tersebut.
Dalam wawancaranya dengan radio France Inter, Barrot menyatakan bahwa Uni Eropa dapat mengambil keputusan serupa dalam waktu dekat, meskipun ia tidak memberikan waktu yang pasti. Ia menambahkan bahwa pencabutan sanksi politik lebih lanjut akan bergantung pada bagaimana kepemimpinan baru Suriah menangani transisi.
Dua diplomat Eropa yang berbicara tanpa menyebutkan nama mengungkapkan bahwa salah satu tujuan dari pengurangan sanksi ini adalah untuk mempermudah transaksi keuangan agar dana bisa kembali ke Suriah, serta untuk memperlancar transportasi udara dan mengurangi sanksi yang menargetkan sektor energi.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu negara Suriah yang sedang berjuang untuk memulihkan diri setelah bertahun-tahun konflik.