Sekitar 25.000 orang berkumpul di depan Kantor Perdana Menteri di Wina, Austria, pada malam hari untuk memprotes potensi pembentukan koalisi antara partai Freiheitliche Partei Österreichs (FPÖ), yang dianggap memiliki elemen-elemen ekstrem kanan, dan partai konservatif Österreichische Volkspartei (ÖVP). Para demonstran mengungkapkan ketidakpuasan mereka dengan membawa spanduk bertuliskan pesan-pesan seperti "Kami tidak ingin Austria ekstrem kanan" dan "Tidak ada lagi yang seperti ini sekarang."
Protes juga berlangsung di beberapa kota lain seperti Innsbruck, Salzburg, dan Graz, menunjukkan bahwa ketidakpuasan terhadap potensi koalisi ini meluas di seluruh negara. Para penyelenggara protes mengklaim bahwa jumlah peserta mencapai hingga 50.000 orang, meskipun pihak berwenang menyebutkan angka yang lebih rendah.
Koalisi tersebut mulai dipertimbangkan setelah FPÖ meraih kemenangan dalam pemilihan umum pada musim gugur lalu. Pada awalnya, ÖVP berusaha membentuk koalisi dengan partai-partai tengah, namun upaya tersebut gagal pada akhir pekan lalu. Setelah kegagalan itu, Presiden Austria, Alexander Van der Bellen, memberikan tugas kepada pemimpin FPÖ, Herbert Kickl, untuk membentuk pemerintah.
Proses negosiasi koalisi antara FPÖ dan ÖVP dijadwalkan segera dimulai, dan hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan banyak warga Austria yang khawatir tentang arah politik negara mereka. Para pengunjuk rasa menuntut agar pemerintah yang terpilih lebih inklusif dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi.
Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya partisipasi publik dalam proses politik, di mana suara rakyat dapat memengaruhi keputusan-keputusan penting yang diambil oleh para pemimpin negara. Dengan situasi yang terus berkembang, banyak yang akan mengamati langkah-langkah selanjutnya dari kedua partai ini dan dampaknya terhadap masyarakat Austria.