Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, dengan tegas menolak usulan dari Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyatakan bahwa ia dapat menggunakan "kekerasan ekonomi" untuk menjadikan Kanada sebagai negara bagian ke-51 AS. Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan mengenai perdagangan antara kedua negara.
Trudeau mendapat dukungan dari Pierre Poilievre, pemimpin oposisi dari Partai Konservatif Kanada. Poilievre menyatakan, "Kanada tidak akan pernah menjadi negara bagian ke-51. Titik. Kami adalah negara yang besar dan independen." Pernyataan ini menunjukkan kekuatan sikap Kanada dalam mempertahankan kedaulatannya.
Sebelumnya, Trump telah mengeluhkan mengenai surplus perdagangan Kanada dengan AS. Ia menyatakan bahwa garis batas antara kedua negara adalah "garis yang dibuat secara artifisial". Sebagai respons terhadap situasi ini, Trump mengancam akan memberlakukan tarif sebesar 25 persen pada semua barang yang diimpor dari Kanada.
Tarif ini berpotensi merugikan Kanada, yang mengandalkan 75 persen dari ekspor barang dan jasa ke Amerika Serikat. Kebijakan ini jika diterapkan dapat menyebabkan dampak besar bagi perekonomian kedua negara.
Sikap tegas Trudeau dan dukungan dari pihak oposisi menunjukkan bahwa Kanada berkomitmen untuk menjaga hubungan yang adil dan saling menghormati dengan Amerika Serikat, sambil tetap mempertahankan kemandirian sebagai sebuah bangsa. Ketegangan ini menjadi sorotan penting bagi masyarakat internasional, terutama dalam konteks hubungan perdagangan yang kompleks antara Kanada dan AS.