Pemerintah Amerika Serikat baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka telah melepaskan sebelas haptli dari penjara Guantánamo yang kontroversial di Kuba. Para haptli ini telah dipindahkan ke Oman setelah lebih dari dua dekade ditahan tanpa adanya tuntutan hukum.
Menurut informasi dari Kementerian Pertahanan AS, semua haptli yang dibebaskan berasal dari Yaman. Meskipun mereka sudah dibebaskan, saat ini masih ada 15 haptli yang tersisa di Guantánamo Bay, di mana tiga di antaranya mungkin akan dipindahkan ke negara lain.
Di bulan September 2023, Menteri Pertahanan Lloyd Austin telah memberi tahu Kongres tentang niatnya untuk mendukung pemindahan haptli ke Oman setelah melakukan pemeriksaan yang ketat. Namun, rincian lebih lanjut mengenai proses pemindahan ini tidak diungkapkan. Dari 15 haptli yang masih ada, hanya dua di antaranya yang sudah dijatuhi hukuman oleh pengadilan militer.
Kongres AS telah melarang pemerintah untuk memindahkan haptli Guantánamo ke daratan AS dan juga telah memblokir pemindahan ke negara-negara tertentu, termasuk Yaman. Pejabat dari Washington Post menyatakan bahwa Yaman sedang mengalami ketidakstabilan akibat konflik yang berkepanjangan, sehingga pemindahan haptli ke sana bisa menjadi risiko keamanan.
Oman, negara tetangga Yaman, telah menerima beberapa puluh mantan haptli dari Guantánamo sebelumnya. Guantánamo Bay sendiri adalah sebuah penjara yang terletak di pangkal angkatan laut AS di Kuba. Penjara ini dibuka setelah serangan teroris 11 September 2001 oleh Presiden George W. Bush, dengan tujuan untuk menahan orang-orang yang diduga terlibat dalam terorisme tanpa proses hukum yang jelas.
Organisasi hak asasi manusia telah lama menyerukan penutupan penjara ini. Sebagian besar dari para haptli yang ditahan tidak pernah diadili, dan tidak ada bukti yang menunjukkan keterkaitan mereka dengan serangan 11 September. Penutupan Guantánamo menjadi isu penting bagi banyak aktivis yang memperjuangkan keadilan dan hak asasi manusia.