Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, mengumumkan rencananya untuk mundur dari jabatannya sebagai pemimpin Partai Liberal dan juga sebagai perdana menteri. Pengumuman ini disampaikan pada hari Senin dan merupakan hasil dari tekanan yang terus meningkat dari dalam partainya sendiri.
Dalam setahun terakhir, banyak anggota Partai Liberal yang menyerukan resignasi Trudeau. Ketegangan ini semakin meningkat setelah Donald Trump, presiden terpilih Amerika Serikat, mengeluarkan ancaman tarif yang membuat hubungan antara Trudeau dan sekutunya semakin buruk.
Keputusan Trudeau untuk mundur ini dianggap sebagai langkah untuk meredakan ketegangan di dalam partai dan memberikan kesempatan bagi pemimpin baru untuk mengambil alih. Dalam pernyataannya, Trudeau mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada rakyat Kanada dan berharap partai tersebut akan terus berjuang untuk nilai-nilai yang diyakininya.
Trudeau menjadi perdana menteri pada tahun 2015 dan selama masa jabatannya, ia telah menghadapi berbagai tantangan, termasuk isu perubahan iklim, hak asasi manusia, dan hubungan internasional.
Pengumuman ini mengundang berbagai reaksi dari anggota partai dan masyarakat luas. Beberapa mendukung keputusan ini, sementara yang lain merasa sedih kehilangan seorang pemimpin yang telah lama menjabat.
Dengan mundurnya Trudeau, Partai Liberal kini harus bersiap untuk mencari pemimpin baru yang dapat meneruskan visi dan misi partai. Pemilihan pemimpin baru diharapkan dapat dilakukan dalam waktu dekat.
Perkembangan ini menjadi sorotan internasional, mengingat peran penting Kanada dalam politik global. Banyak yang menantikan siapa yang akan menggantikan Trudeau dan bagaimana kebijakan Kanada akan berubah di masa depan.