Pada abad ke-19, seorang ahli kimia asal Swedia bernama Svante Arrhenius melakukan salah satu upaya pertama untuk menghitung hubungan antara rata-rata suhu Bumi dan jumlah karbon dioksida (CO2) di atmosfer. Penemuan ini sangat penting karena membantu kita memahami bagaimana perubahan dalam komposisi atmosfer dapat mempengaruhi iklim Bumi.
Arrhenius dengan teliti menghitung bahwa jika jumlah CO2 di atmosfer double atau dua kali lipat, maka suhu Bumi akan meningkat sebesar 5-6°C. Setelah lebih dari satu abad, estimasi ini telah diperbaiki menjadi 2-5°C, tetapi masih ada banyak ketidakpastian yang harus dihadapi.
Salah satu tantangan dalam menentukan sensitivity iklim adalah karena sistem atmosfer melibatkan banyak proses dan umpan balik yang kompleks. Proses-proses ini dapat saling mempengaruhi dengan cara yang sulit diprediksi. Meskipun begitu, kemajuan dalam teknologi dapat membantu kita memahami hal ini lebih baik.
Dengan adanya superkomputer dan kecerdasan buatan (AI), para ilmuwan dapat melakukan simulasi yang lebih akurat untuk meramalkan bagaimana iklim di masa depan akan berubah. Teknologi ini memberikan harapan baru dalam upaya memahami dan mengatasi perubahan iklim.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara CO2 dan suhu Bumi, kita bisa mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga planet kita agar tetap aman untuk generasi mendatang.
Foto: Getty Images